Artikel OTM

ARTIKEL
HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI, KEPUASAN KERJA, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DI DALAM PERUSAHAAN








DISUSUN OLEH:
Faizin              S411608008


PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2016




1.      PENDAHULUAN
Melihat tantangan-tantangan dimasa saat ini dan masa datang, perusahaan perlu memperhatikan dan menjaga sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki yakni karyawan agar terus dapat menjadi aset terpenting suatu perusahaan. Karyawan baik secara individu maupun kelompok perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan diharapakan mampu mengantisipasi segala perubahan agar kinerja karyawan dengan segala keterbatasannya dapat dengan optimal diberdayakan. Kinerja karyawan merupakan tuntutan utama perusahaan agar kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat terjamin. Koesmono (2005) mengungkapkan “Persoalan yang ada adalah bagaimana dapat menciptakan sumberdaya manusia yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai”. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan, antara lain adalah budaya organisasi, motivasi kerja, disiplin kerja dan kepuasan kerja. Untuk mengelola karyawan dengan karakter yang berbeda-beda tidaklah mudah. Perusahaan perlu menciptakan iklim organisasi yang baik agar karyawan bekerja dalam lingkungan yang mereka mampu untuk beradaptasi. Kreitner & Kinitcki (2005:79) menyimpulkan “budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.” Budaya organisasi memiliki keterkaitan yang erat dengan kinerja seperti yang diungkap Djokosantoso dalam Soedjono (2005) bahwa “semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi semakin baik kinerja organisasi tersebut.” Selanjutnya Soedjono (2005) menyimpulkan bahwa budaya organisasi akan menjadi instrumen keunggulan yang kompetitif bila budaya organisasi mampu mendukung strategi organisasi dan mampu mengatasi tantangan lingkungan. Dalam penelitiannya, Koesmono (2005) mengungkapkan adanya pengaruh positif signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Sementara itu secara umum teori motivasi membahas bagaimana suatu organisasi memberikan dorongan gairah kerja terhadap karyawan agar optimal dalam memberikan kemampuan dan ketrampilan yang mereka miliki untuk mewujudkan tujuan organisasi. Robbins dan Judge (2009:209) mendefiniskan “motivation as the processes that account for an individual’s intensity, direction and persistence of effort toward attaining a goal.” Berdasar uraian Robbins dan judge, motivasi sebagai proses yang mengukur intensitas individu, pengarahan, dan ketekunan usaha guna mencapai tujuan (dalam hal ini perusahaan).
Motivasi kerja merupakan dorongan kerja yang dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan yang diharapkan oleh atasan. Dengan adanya motivasi kerja menjadikan suatu pekerjaan menjadi lebih sempurna. Para Manajer harus bisa memotivasi para karyawan agar mereka memiliki semangat dan etos kerja yang baik. Sebagai contoh nyata pemeliharaan karyawan agar mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang baik adalah dengan diadakannya pembinaan karyawan atau seminar-seminar yang dapat menumbuhkan motivasi di dalam diri mereka. Bentuk motivasi lain yang dapat diberikan oleh perusahaan terhadap karyawannya adalah dengan pemberian penghargaan maupun insentif sehingga tujuan perusahaan dapat tersampaikan dengan baik kepada para karyawan.
Maslow mengusulkan bahwa motivasi adalah fungsi dari lima kebutuhan dasar yakni fisiologis, keamanan, cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri (Kreitner & Kinicki, 2005:252). Suatu kebutuhan yang terpuaskan mungkin akan menghilangkan potensi motivasionalnya, oleh karena itu para manajer disarankan untuk memotivasi karyawannya. Motivasi merupakan hal yang penting dalam pencapaian produktifitas kerja, dengan adanya motivasi, diharapkan setiap idividu mau berusaha keras dan antusias dalam mencapai produktifitas kerja yang tinggi. Dalam penelitian Koesmono (2005), menunjukkan adanaya pengaruh positif signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaannya (Handoko dalam Moedjono, 2005). Kepuasan kerja merupakan cerminan perasaan pekerja akan pekerjaannya, sehingga diharapkan segera ada perbaikan ketika indikasi ketidakpuasaan mulai muncul. Hal paling penting yang manajer bisa lakukan untuk meningkatkan kepuasan karyawan adalah fokus pada hakekat bagian-bagian pekerjaan mereka seperti membuat pekerjaan lebih menantang dan menarik (Robbins dan Judge, 2009:126). Selanjutnya Robbins dan Judge menambahkan bahwa meningkatkan gaji karyawan dapat menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan. Selain dua hal yang diungkap Robbins dan Judge diatas, Soedjono (2005) menambahkan rekan kerja karyawan, promosi, dan supervisi memiliki peran penting dalam peningkatan kepuasan karyawan. Rekan kerja mengisi kebutuhan interaksi social antar karyawan. Sehingga memliki rekan kerja yang sesuai menghantar kepada kepuasan kerja yang meningkat. Promosi terjadi ketika seseorang berpindah dari suatu pekerjaan keposisi yang lebih tinggi. Promosi memungkinkan perusahaan mendayagunakan kemampuan karyawan setinggi mungkin. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya
Menurut Anwar Prabu, (2001) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja terdiri atas beberapa faktor, diantaranya yaitu, kepuasan kerja dan  motivasi kerja.
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai perasaan senang atau emosi positif yang diperoleh dari pengalaman kerja yang berkenaan dengan individu, bukan kelompok dan menyangkut masa lalu, bukan masa yang akan datang. Ketidakpuasan seorang karyawan akan menimbulkan keinginan untuk keluar dari organisasi, tetapi kesempatan kerja juga akan mempengaruhi tingkat kepuasan atau keinginan untuk keluar. Penilaian individu terhadap posisi sekarang dan merasakan tidak puas dapat memicu seseorang untuk mencari pekerjaan lain. Kepuasan kerja berdampak pada tingkat prestasi karyawan. Jika setiap karyawan merasa puas terhadap lingkungan dan kondisi kerja di manapun mereka ditempatkan, merasa nyaman, dan diperlakukan adil oleh perusahaan. Tentunya tingkat prestasi karyawan akan semakin tinggi. Namun jika yang terjadi merupakan kebalikannya, maka tingkat prestasi karyawan akan menurun. Dan hal ini akan berdampak terhadap produksi perusahaan. Berdasarkan aspek manusiawi, kepuasan kerja karyawan dinilai sangat penting karena pada dasarnya setiap orang itu berhak atas perlakuan yang adil karena telah ikut berkontribusi terhadap keberlangsungan perusahaan. Dan pentingnya kepuasan kerja berdasarkan aspek manfaat adalah dapat menimbulkan perilaku karyawan yang positif sehingga akan turut berdampak terhadap kemajuan perusahaan.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah disiplin kerja karyawan. Kedisiplinan yang ditanamkan karyawan akan sangat mempengaruhi kesungguhan karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, perlu upaya pemimpin untuk membuat karyawannya bekerja secara disiplin dan pemimpin tersebut juga harus dapat menunjukkan cara yang paling baik dan membantu karyawan bertindak disiplin dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan sehari-harinya.
Artikel ini merupakan hasil analisis dari empat jurnal ilmiah sebagai bahan rujukan.  Jurnal ilmiah yang saya ambil berjudul “Pengaruh Motivasi, Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Sandang Asia Maju Abadi Semarang” oleh Duwi Apriani dan Witjaksono Eko Hartoyo, Universitas Semarang, (2012).
Jurnal ilmiah kedua berjudul Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan (Studi Pada PT. Inti Luhur Fuja Abadi (ILUFA), Pasuruan)” oleh Darmastuti Ariani, Hamidah Nayati Utami dan Heru Susilo, Universitas Brawijaya, (2013).
Jurnal yang ketiga “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Atri Distribution” oleh Marliana B. Winanti, Universitas Komputer Indonesia Dan Jurnal ilmiah yang ke empat atau yang terakhir berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja” (Studi Pada Karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang) oleh Yani Adi handaya, Universitas Negeri Malang, (2012)
Berdasarkan empat judul jurnal ilmiah diatas yang melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan terkait dengan budaya organisasi, motivasi, kepuasan kerja dan prestasi kerja karyawan, maka saya mengambil judul artikel “HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI & KEPUASAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN DI DALAM PERUSAHAAN”.

2.      KAJIAN PUSTAKA
Kinerja Karyawan
Kinerja atau prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan  yang dapat diukur dengan pencapaian kualitas pekerjaan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, ketelitian kerja, keluhan dari para karyawan, pemahaman perintah atasan dan kesesuaian pemberian inisiatif. (Hani Handoko, 1995: 135). Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Mangkunegara, 2002:67).
Pengertian kinerja dapat pula didefinisikan sebagai hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan. Ukuran kinerja dapat dilihat dari sisi jumlah dan mutu tertentu, sesuai standar organisasi atau perusahaan. Hal itu sangat terkait dengan fungsi organisasi dan pelakunya (Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis, 2007: 153). Menurut Sutrisno (2011:151) “prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas “.
Kegunaan kinerja karyawan antara lain (Hani Handoko, 1995: 137):
1.      Perbaikan Prestasi Kerja, Umpan balik pelaksanaan kerja kemungkinan karyawan, manajer dan departemen personalia agar dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi kerja.
2.      Penyesuaian Kompensasi, Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3.      Keputusan penempatan, promosi, dan transfer biasanya berdasarkan pada prestasi masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bemtuk penghargaan terhadap prestasi kerja.
4.      Kebutuhan-kebutuhan Latihan dan Pengembangan, Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga prestasi yang baik mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
5.      Perencanaan dan pengembangan karier, umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier.
Menurut Hasibuan (2001:93) dasar penilaian sebagai ukuran untuk penilaian prestasi kerja karyawan yaitu :
1.      Tangible standard yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya. Standar ini dibagi atas :
a.         Standar dalam bentuk fisik yang terbagi atas: standar kuantitas, standar kualitas, dan standar waktu. Misalnya kilogram, meter, baik-buruk, jam, hari, dan bulan.
b.        Standar dalam bentuk uang yang terbagi atas standar biaya, standar penghasilan, dan standar investasi.
2.      Intangible standard adalah sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur atau standarnya. Misalnya, standar perilaku, kesetiaan, partisipasi, loyalitas, serta dedikasi karyawan terhadap perusahaan.

Kepuasan Kerja
Menurut Mangkunegara (2009:117) “kepuasan kerja adalah suatu perasaan menyongkong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaanya maupun kondisi dirinya. Menurut Mutiara S. Panggabean (2004: 66) kepuasan kerja adalah segala sesuatu yang bergantung kepada apa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang mereka peroleh. Orang yang paling tidak merasa puas adalah mereka yang mempunyai keinginan paling banyak, namun mendapat yang paling sedikit. Sedangkan yang paling merasa puas adalah orang yang menginginkan banyak dan mendapatkannya.
Menurut Faustino Cardoso Gomes (2003) kepuasan kerja adalah kesediaan atau motivasi dari karyawan untuk bekerja yang menimbulkan usaha karyawan dan kemampuan karyawan untuk melaksanakannya.
Sedangkan Hasibuan (2001:202) mendefisinikan kepuasan kerja sebagai sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaaannya. sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,  kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasaan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.
Menurut Handoko (2000:193) kepuasan kerja karyawan adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaanya. Ini Nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.”
Wexley dan Yulk dalam Anwar mendefinisikan kepuasan kerja “is the way an employee feels about his or her job” maksudnya cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaanya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.”     

Budaya Organisasi
Dalam beberapa literatur pemakaian istilah corporate culture bisa diganti dengan istilah organizational culture, kedua istilah ini memiliki pengertian yang sama. Budaya perusahaan (corporate culture) adalah aplikasi dari budaya organisasi (organizational culture) terhadap badan usaha (perusahaan), sehingga kedua istilah tersebut dapat digunakan secara bergantiaan. Karena itu kedua istilah tersebut dalam penelitian ini digunakan secara bersama dan keduanya memiliki pengertian yang sama.
Menurut Kreitner dan Kinicki (2005:79), budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam. Hasil penelitian Kotter dan Heskett (1992) dari Harvad Bussines school dalam Moeljono (2005:155). menunjukan bahwa budaya mempunyai dampak yang kuat dan semakin besar pada prestasi kerja organisasi. Penelitian tersebut mempunyai empat kesimpulan sebagai berikut: 1) Budaya korporat dapat mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang ; 2) Budaya korporat bahkan mungkin merupakan faktor yang lebih penting dalam menentukan sukses atau kegagalan dalam dekade mendatang; 3) Tidak jarang budaya korporat dapat menghambat prestasi keuangan yang kokoh dalam jangka panjang dan budaya itu berkembang dengan mudah, bahkan dalam perusahaan yang penuh dengan orang yang bijaksana dan pandai; 4) Walaupun sulit diubah, budaya korporat dapat dibuat untuk lebih meningkatkan prestasi.

Dimensi Budaya Organisasi
Harrison dan Stokes (1992:14-22) membedakan budaya organisasi menjadi 4 (empat) dimensi yang merupakan orientasi budaya yang dipersepsikan oleh para anggotanya yaitu:
1. The Power Orientation (Orientasi pada Kekuasaan)
Perusahaan yang berorentasi pada kekuasaan didasarkan atas perbedaan akses kepada sumber. Orang-orang yang berkuasa menggunakan sumber-sumber untuk mengendalikan perilaku orang lain. Para anggota organisasi ditumbuhkan motivasinya oleh imbalan dan hukuman, dan oleh keinginan untuk bekerja dengan pimpinan yang kuat. Di dalam perusahaan yang berorientasi pada kekuasaan, kepemimpinan berdasarkan atas kekuatan, keadilan dan kebijakan. Pemimpinnya merasa bertanggungjawab kepada bawahannya. Orientasi kekuasaan sangat sesuai dengan situasi saat pemimpin mempunyai visi, intelejensi, dan berkeinginan untuk mengelola usaha dan mengawasi langsung aktivitas bawahannya.


2. The Role Orientation (Orientasi pada Peran)
Orientasi pada peran menempatkan sebuah sistem dari struktur dan prosedur untuk menggantikan kekuasaan pemimpin. Struktur dan sistem memberikan proteksi terhadap bawahan dan stabilitas organisasi. Perjuangan akan kekuasaan dimodernisasi oleh peraturan hukum. Kewajiban dan imbalan bagi anggota atau bawahan didefenisikan dengan teliti, biasanya secara tertulis dan mengadakan kontrak yang eksplisit atau implisit antara organisasi dan individu. Orang menjalankan fungsi khusus untuk menerima imbalan yang ditetapkan.
3. The Achievement Orientation (Orientasi pada Prestasi)
Organisasi yang berorentasi pada prestasi disebut juga organisasi sejajar, karena tipe ini menggunakan misi untuk menarik dan mengeluarkan energi perorangan dari para anggotanya untuk mengejar tujuan bersama. Para anggota memberikan kontribusi mereka dengan bebas sebagai respon terhadap komitmen mereka kepada tujuan yang dibagi, mereka dengan sukarela memberi lebih banyak kepada organisasi.
4. The Support Orientation (Orientasi pada Dukungan)
Iklim dalam organisasi yang didasarkan pada saling percaya diantara para anggota sebagai individu dengan organisasi itu sendiri. Dalam kondisi ini pegawai yakin bahwa mereka dinilai sebagai manusia, bukan hanya sebagai mesin. Ada kehangatan yang mendorong semangat dalam organisasi. Orang berangkat pada pagi hari ketempat kerja bukan hanya karena mereka menyukai pekerjaannya saja, tetapi juga karena mereka peduli kepada lingkungan sekelilingnya.

Motivasi Kerja
Menurut Hasibuan (2003:216), “motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan.”
Sedangkan menurut Sutrisno (2011:111) “motivasi memiliki komponen, yakni komponen dalam dan luar. Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah tingkah lakunya. Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai.”
Sedangkan menurut Anoraga (2004:160) “motivasi merupakan hal atau sesuatu yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Motivasi suatu individu dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dapat timbul dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Dan keduanya mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan prestasi kerja.” Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. (Sukanto Reksohadiprodjo dan Hani Handoko, 1994: 192). Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan. Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuatan dari dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi.
Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis (2007: 113) menjelaskan definisi motivasi sebagai dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada keberhasilan mengerjakan sesuatu, seperti mengelola karyawan, tanpa adanya motivasi baik dari manajer maupun dari karyawan. Manajer membutuhkan keterampilan untuk memahami dan menciptakan kondisi agar semua anggota tim kerja dapat termotivasi.

Disiplin Kerja
Kedisiplinan adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur dan menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam sebuah organisasi. Tindakan disiplin yang efektif terpusat pada perilaku karyawan yang salah, tidak pada karyawan sebagai pribadi (Henry Simamora, 1997: 746)
Menurut Faustino Cardoso Gomes (2003) disiplin adalah pengurangan yang dipaksakan oleh atasan terhadap imbalan yang diberikan oleh organisasi karena adanya suatu kasus tertentu. Tindakan disiplin ini dapat berupa teguran, penurunan gaji dan pemecatan. Tindakan disiplin ini tidak termasuk pemberhentian sementara atau penurunan jumlah tenaga kerja yang disebabkan oleh berkurangnya anggaran atau kurangnya kerja.
Syafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis (2007: 122) mendefinisikan
disiplin kerja adalah sifat seorang karyawan yang secara sadar mematuhi aturan dan peraturan organisasi tertentu. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kinerja karyawan dan perusahaan. Kedisiplinan seharusnya dipandang sebagai bentuk latihan bagi karyawan dalam melaksanakan aturan-aturan perusahaan.
Disiplin terbagi dalam beberapa jenis antara lain : (Anwar Prabu, 2001: 129)
1.      Disiplin Manajerial
Dimana segala sesuatu tergantung pada pemimpin, dari permulaan hingga akhir.
2.      Disiplin Tim
Dimana kesempurnaan kinerja bermuara dari saling ketergantungan satu sama lain. Saling ketergantungan ini berasal dari suatu komitmen oleh setiap anggota terhadap keseluruhan organisasi. Kegagalan satu orang akan menjadi kebutuhan semua orang.
3.      Disiplin Diri
Dimana pelaksana tunggal sepenuhnya tergantung pada pelatihan, ketangkasan dan kondisi diri.

3.      HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis dan perbandingan dua jurnal ilmiah mengenai motivasi dan kepuasan kerja yang telah di sebutkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi kerja dan kepuasan kerja memiliki pengaruh yang sangat signifikan dan berpengaruh secara simultan terhadap tingkat prestasi kerja karyawan.
Hasil penelitian terhadap PT. Sandang Asia Maju Abadi Semarang menunjukkan bahwa faktor yang sangat berkontribusi dalam tingkat prestasi atau kinerja karyawan adalah;
1.      Kepuasan Kerja
2.      Motivasi Kerja
3.      Disiplin Kerja
4.      Faktor atau variabel lain.
Hasil Penelitian terhadap dan PT. Inti Luhur Fuja Abadi (ILUFA), Pasuruan, menunjukkan bahwa faktor yang sangat berkontribusi dalam tingkat prestasi atau kinerja karyawan adalah;
1.      Kepuasan Kerja
2.      Motivasi
3.      Faktor atau variabel lain.
Jika kepuasan karyawan meningkat, maka kinerja atau prestasi kerja juga akan meningkat. Namun sebaliknya, jika kepuasan kera mereka menurun maka kinerja atau prestasi kerja mereka juga akan ikut menurun.
Hasil penelitian terhadap PT. Atri Distribution menunjukkan bahwa factor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah;
1.      Budaya Organisasi
2.      Motivasi Kerja
Dan hasil penelitian terhadap Rumah Sakit Islam Unisma Malang menunjukkan bahwa  yang mempengaruhi kinerja karyawan melalui kepuasan kerja adalah;
1.      Budaya Organisasi
2.      Motivasi Kerja
Dari ke empat hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi karyawan didalam ke empat perusahaan ini dibutuhkan budaya organisasi, peningkatan motivasi dan kepuasan kerja serta disiplin kerja yang baik.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan  antara lain;
1.      Pekerjaan yang mereka kerjakan atau posisi yang saat ini sedang mereka duduki.
2.      Gaji atau upah karyawan.
3.      Kondisi atau lingkungan dimana tempat mereka bekerja. Kondisi atau lingkungan ini termasuk kenyamanan pekerja dalam mengerjakan pekerjaan mereka.
4.      Budaya organisai yang diterapkan dimana mereka bekerja.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari hasil kuesioner dengan jumlah populasi sebanyak 57 responden dengan menggunakan dimensi yang ada menunjukkan bahwa budaya organisasi yang diterapkan pada PT. Atri Distribution sudah kuat, hal ini dilihat melalui distribusi freksuensi yang dilakukan, menunjukan variabel budaya organisasi berada pada kategori tinggi. Budaya organisasi memiliki hubungan linier dengan kinerja, sehingga semakin baik budaya organisasi akan diikuti dengan peningkatan kinerja karyawan pada PT. Atri Distribution, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi variabel budaya organisasi yang bertanda positif. Jadi semakin baik penilaian responden atas budaya organisasi akan meningkatkan kinerja karyawan. Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Yani Hadi Handaya pada Rumah Sakit Islam Malang bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan namun tidak signifikan. Perbedaan lingkungan kerja, orientasi perusahaan, budaya organisasi itu sendiri dan banyak faktor lainnya bisa menjadi penyebab hasil dari penelitian ini menghasilkan hasil hipotesis yang tidak sama. Sebagaimana diungkapkan Carmeli (2005) bahwa meskipun budaya organisasi adalah hal yang sering dibahas sehari-hari oleh para peneliti, manajer dan masyarakat pada umumnya, budaya organisasi masih kurang dalam interprestasinya yang luas. Dengan demikian, penelitian yang lebih dalam dan luas diperlukan untuk mendapatkan interprestasi yang lebih universal.
Motivasi kerja juga turut memberikan kontribusi terhadap tingkat prestasi atau kinerja karyawan di dalam empat perusahaan ini. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh karyawan maka kinerja juga akan turut meningkat. Dan sebaliknya, jika tingkat motivasi karyawan menurun maka prestasi kerja karyawan juga akan menurun.
Sebagai salah satu aspek yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pendorong untuk meningkatkan motivasi di dalam diri karyawan adalah promosi jabatan dan jenjang karir yang jelas bagi karyawan di dalam suatu perusahaan. Namun ternyata tidak hanya faktor kepuasan kerja dan motivasi yang dapat mempengaruhi kinerja atau prestasi kerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Sandang Asia Maju Abadi Semarang, terdapat faktor ketiga yang turut berkontribusi terhadap tingkat prestasi atau kinerja karyawan, yaitu Disiplin kerja.
Apabila karyawan sadar terhadap tanggung jawab pekerjaannya, mereka akan mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya disiplin kerja yang baik di dalam suatu perusahaan, karyawan akan mengerjakan pekerjaan sesuai jadwal dan selesai pada tepat waktu.
Kebijakan disiplin membantu perusahaan yang notabene merupakan salah satu bentuk organisasi untuk memiliki kesempatan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasionalnya. Sehingga dengan adanya disiplin kerja, tidak hanya bermanfaat bagi karyawan namun juga bermanfaat bagi perusahaan.



5.      KESIMPULAN
Semakin baik budaya organisasi yang diterapkan maka akan meningkatkan kinerja karyawan. Semakin tinggi kepuasan kerja karyawan, motivasi kerja karyawan, dan tingkat kedisiplinan yang dimiliki karyawan maka tingkat prestasi karyawan juga akan turut meningkat.
Agar kepuasan kerja yang dimiliki oleh karyawan itu bisa terwujud maka perusahaan juga harus memberikan dukungan-dukungannya kepada karyawan.
Faktor-faktor yang memotivasi karyawan baik itu faktor yang dilihat dari faktor pemelihara seperti kebijakan administrasi, hubungan yang baik dengan penyelia dan keamanan kerja.
Selain faktor-faktor yang telah dipaparkan diatas terdapat faktor lain, seperti keinginan karyawan untuk berprestasi, kemajuan karir, dan tanggung jawab.

6.      DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Duwi; Witjaksono Eko Hartoyo. 2012. Jurnal Mahasiswa Q-MAN, Volume I, No. 4. “Pengaruh Motivasi, Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Sandang Asia Maju Abadi Semarang”. Universitas Semarang. Halaman 76-78.

Ariani, Darmastuti; Hamidah Nayati Utami; Heru Susilo. 2013. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan (Studi Pada PT. Inti Luhur Fuja Abadi (ILUFA), Pasuruan)”. Universitas Brawijaya.

Carmeli, A. 2005. The Relationship Between Organizational Culture and Withdrawal Intention and Behavior. International Journal of Manpower, 26(2): 177-195.

Gibson. James L. 2012. Oranization : Behavior, Structur, Processes. Nort America: MC Grawhill International Edition.

Koesmono, H. Teman. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 7 (2): 171-188.

Marliana, B. Winanti. 2011. “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Atri Distribution”. Universitas Komputer Indonesia.

Robert Kreitner, Angelo Kinichi. 2005. Perilaku Organisasi Edisi ke 5 Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat
Yani, Adi Handaya. 2012.  “Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja” (Studi Pada Karyawan non-Medik Rumah Sakit Islam Unisma Malang). Universitas Negeri Malang.


Wikipedia. 2016. Motivasi.  http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi 19 Desember

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miui CAF GX 12.5.3.0 Redmi Note 5 / Pro

Collection of kernel miui Nougat for kenzo

Miui-CAF Ultra 12.0.5.0 Redmi Note 5/ Pro