Menulis Bisa Dikatakan Sebagai Sebuah Alat

       Di dalam menulis, entah menulis artikel, novel, diary, atau menulis apapun itu, kata kata, frasa, idiom, segala kenampakan bahasa dikumpulkan. Disusun, diatur, bahkan justru bisa juga diacak acak, dihilangi nilai keindahan dan fungsi per kata hanya untuk membentuk suasana. Memang, menulis adalah satu bagian sastra yang sangat jujur dan representatif. Saat manusia gamang dalam berfikir ataupun bertindak, pasti selalu ada spasi jeda yang diambil manusia untuk berfikir ulang, menyingkap kemungkinan kemungkinan, menduga duga, bahkan ada juga hanya sekedar bernafas dan menyulut rokok. Menulis sebagai sebuah kendaraan, memberi hak dan kuasa penuh untuk ditunggangi sesuai kepentingan individu masing masing. Ada yang bermain main dengan lingkup politik, sarkastik, kritik komunal, pemberontakan, bahkan pencarian nilai nilai baru.

        Menulis memang memberi satu wacana yang menyenangkan bagi orang orang yang peka. Tak ada yang perlu dipermasalahkan mengenai kaidah dan tata cara menulis. Tak ada hitungan hitungan tetek bengek tertentu. Pokoknya bercerita, personal, ada pola diksi tertentu  - atau bahkan tanpa pola sekalipun -  ,ya sudah! Menulis adalah bisa dikatakan hanya sebagai media tunggangan, alat bantu verbal, rancangan rancangan estetika bahasa apalah saya tak pernah cukup sempat mempermasalahkan apa itu. Bagi saya, menulis sama halanya sebuah kloset. Saat kita butuh, katakan lah kena nasi basi atau cabai berratus butir, saya pasti akan cari kloset terdekat. Kloset dibutuhkan saat kita mengalami satu hal tak enak. Sakit perut pada hal kali ini. Tapi, bukan, sebenarnya saya susah senang selalu diutarakan pada kloset. Sekedar bernafas dari kesempitan kerja siang hari, dan kuliah malam setelahnya pasti cari kamar mandi, selanjutnya kloset. sekedar duduk lah apa lah, pokoknya menghindar dari  penat yang menggelambir di kepala. Mungkin ini jadi kebiasaan yang aneh didengar.

       Beginilah sebuah tulisan saya artikan sebagai mediator bagi saya mengurai apa yang ingin saya uraikan. Penat, pesimis, sakit, malas, introvert, asmara, pun sampai hal hal yang sepele dan terlalu remeh dibahas. Teringat saat sekitar 1 minggu yang lalu tanpa sengaja menemukan kata mitraliur dari buku ensiklopedi anak SD. Langsung saya telaah dan masukkan jadi salah satu kosa di catatan di gadget saya.

        Hal hal sepele seperti inilah yang justru dengan pelan menembus garis tegak lurus antara menulis dan kaidah kaidahnya. Menulis tak bisa didikte. Menulis tidak bisa diperalat dan secara gamblang dihapus. Sebuah tulisan ada dalam setiap bahasa manusia. Tiap individu individu. Kepekaan jadi satu permasalahan kenapa orang orang lebih banyak menggerutu dan menjadikan permasalahan hidup sebagai halangan saja. Tanpa memikirkan bahwa masalah bisa menjadi sumber daya yang bisa ditertawakan secara konyol dan sepele.


- Dologan, September 2017 -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Miui CAF GX 12.5.3.0 Redmi Note 5 / Pro

Collection of kernel miui Nougat for kenzo

Miui-CAF Ultra 12.0.5.0 Redmi Note 5/ Pro