Nama Adalah Doa Bagian 2
Pertama-tama dan terutama
saya harus minta maaf telah dengan sengaja tidak segera menulis bagian kedua
dari tulisan bersambung mengenai Nama-nama Khas Indonesia. Sejujurnya
bukan karena tidak punya waktu, melainkan
sebaliknya. Waktu yang tersedia begitu berlimpah, tapi otak saya tak
mau dipaksa berpikir yang agak serius. Entah kenapa, tapi memang ada
saat dalam kehidupan kita, kita hanya mau leyeh-leyeh saja sepanjang hari.
Baiklah kita sambung
diskusi kita mengenai nama. Setelah saya surfing sana sini di dumay
baik yang saya dapat dari artikel blogger, wikipedia dan tentu saja sedikit
bantuan dari mbah google. Dan tahukah Anda bahwa saat ini penamaan bayi telah
berubah menjadi industri. Coba perhatikan begitu banyak buku ditulis, begitu
banyak portal dibuat, dan begitu banyak konsultan tentang nama bayi muncul.
Semua itu memanfaatkan satu hal: otoritas tanpa tandingan orangtua memberi nama
kepada bayinya yang terkadang aneh-aneh. Banyak contoh orangtua
memberikan nama kepada anaknya secara serampangan. Dan karena sang bayi tak
memiliki kemampun fisik dan politik untuk menolak, nama yang aneh-aneh itu
akhirnya dituliskan di akte lahir. Di beberapa negara di kawasan
Skandinavia, orangtua punya kebiasaan memberi nama aneh kepada anakanya.
Perhatikan nama ini:
Brfxxccxxmnpcccclllmmnprxvclmnckssqlbb11116 (diucapkan albin)
Ini
adalah nama yang diberikan orang tua Swedia kepada anaknya yang tak berdaya
menolak pemberian orangtuanya itu. (Orangtua seperti apakah yang memberikan
nama sangat khas ini) Pengadilan terpaksa mendenda orang tua anak ini karena
nama yang tak lazim itu.
Di
Selandia Baru, sepasang orantua memberikan nama bayinya yang baru lahir dengan
nama : 4real (mungkina orangtua ini agak 4lay ya, sehingga terbawa-bawa saat
memberikan nama anaknya). Di Negara ini, orang
tua yang memberi nama anaknya yang tak lazim, sesuai undang-undang, tak akan
dikabulkan. Dan, angka di depan nama termasuk salah satu yang dinilai
aneh.
Di New York, seperti
ditulis Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner dalam bukunya Freakonomics
melaporkan, sepasang suami istri memberikan nama anak laki-lakinya dengan Loser
(pecundang). Entah apa yang di kepala sang orangtua saat memberikan nama
anaknya ini. Saya yakin mereka tidak menginginkan anak ini jadi
seorang yang kalah dalam hidup, sebab beberapa tahun sebelumnya, keluarga ini
mendapatkan bayi laki-laki juga yang mereka beri nama Winner
(juara).
Masih di New
York, seorang anak perempuan diberi nama Temptress
(penggoda). Kita juga pasti tak bisa mengerti kenapa orang tuanya
memberi nama seperti itu? Apakah memang orang tuanya membayangkan bayi kecil
ini akan menggoda setiap pria?
Faktanya apakah Winner
benar-benar jadi juara, Loser jadi pecundang dan Temptress benar-benar jadi
penggoda lelaki. Temptress, entah kenapa, dia memang jadi penggoda
banyak pria, akan tetapi si Winner justru tidak pernah menang karena
hari-harinya lebih banyak dihabiskan di balik jeruji besi penjara. Sebaliknya,
si Loser, malah jadi juara, mendaptkan bea siswa dan sekarang ini bekerja
sebagai polisi detektif.
Sedangkan di indonesia
sendiri beberapa saat yang lalu, dan sempat menghebohkan di saluran televisi
ada nama-nama yang tak lazim seperti Tuhan, Dono Kasino Indro, Etika Silit
Asin, Satria Baja Hitam, sampai yang paling extreme yakni dengan nama (.)
dipanggil titik.
Tapi apakah dengan
contoh kasus di atas bisa disimpulkan bahwa nama memiliki pengaruh terhadap
kesuksesan? Dalam banyak penelitian, ditemukan bahwa, suka tidak
suka, nama memiliki pengaruh terhadap keberhasilan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh
pertama nama atas keberhasilan Anda mendapatkan pekerjaan dimulai saat panitia
seleksi karyawan baru mulai menyeleksi orang yang akan dipanggil ikut test.
Nama dengan nilai estetika tertentu memiliki peluang tertinggi untuk dipanggil mengikuti
wawancara.
Apakah Anda pernah
jadi bagian dari seleksi karyawan baru? Saya beberapa kali melakukannya dan
saya bisa mengonfirmasi hasil penelitan tadi. Jadi, benar belaka kata orang bijak
bahwa nama adalah doa.(TAMAT)
Komentar
Posting Komentar